Thursday 19 May 2011

Perbandingan Antara Masjid Dengan Gereja

oleh Buya Hamka



Dalam Islam tidak ada susunan cara kegerejaan. Tidak ada Paus, lalu Kardinal, dan Uskup. Setiap Masjid berdiri sendiri dengan pengurusnya sendiri. Di negeri-negeri Islam yang telah mempunyai susunan pemerintahan modern saja diadakan Kementerian Agama atau Kementerian Wakaf, yang mengadakan tilikan dan pemiliharaan Masjid-masjid.

Menteri Agama atau Menteri Wakaf itu bisa saja exit (keluar) dari jabatan Menterinya kalau terjadi krisis Kabinet atau Presiden (kepala negara) mengadakan reshuffle. Demikian juga petugas dalam masjid itu. Sejak dari Imam dan Khatibnya, tidaklah mereka itu 'Penguasa Rohaniyah' tempat jama'ah mengakui dosa lalu memberi ampunan dengan perantara mereka, lalu mereka berhak memberi ampun. Bahkan setiap orang Islam, dibuka oleh Allah pintu untuk berhubungan langsung dengan Allah, memohon ampun meminta taubat.

Imam-iman dalam Masjid pun, siapa saja berhak menjadi imam asal lidahnya lebih fasih dan dia disegani. Imam Rawatib di tiap masjid, bukanlah kepala agama, melainkan orang-orang yang ditugaskan oleh jama'ahnya atau oleh penguasa setempat mendirikan jama'ah lima waktu, supaya jangan sampai kosong.

Seorang Ulama dalam Islam bukanlah sebagai seorang Pendeta dalam Gereja Katholik atau lainnya. Ulama Islam adalah orang biasa yang mempunyai 'profesi' sendiri. Dia adalah seorang dari antara orang banyak bukan orang istimewa. Keseganan orang kepada mereka, hanyalah kalau Ulama itu memimpin dan membimbing mereka secara kerohanian. Dan tumbuhnya Ulama itu bukanlah karena diangkat atau diakui oleh suatu badan rohaniah atau satu masjid.

Setelah membandingkan di antara 'Kekuasaan Rohaniyah' Pendeta-pendeta dan Hierarchie kepercayaan itu dengan keadaan masjid dalam Islam, teranglah bahwasanya 'Pemisahan Negara Dengan Gereja' di Barat tidak dapat disandingkan untuk 'Memisahkan Negara dari Masjid' atau yang selalu disebut-sebut di negri kita ini sekarang, ialah 'Memisahkan Negara dengan Agama'. Menyamakan dua hal yang berbeda, adalah kena oleh pepatah 'Asing biduk, kalang di letak'.

Dalam Qur'an tegas diwajibkan agar setiap urusan dijalankan menurut Syari'at. Termasuk politik, ekonomi, dan sosial. Kalau al-Qur'an menerangkan secara umum, As-Sunnah memberikan arti cara pelaksanaannya. Mana yang belum tegas menjelaskan:

وَمَا أَرْسَلْنَا مِن رَّسُولٍ إِلَّا لِيُطَاعَ بِإِذْنِ اللَّهِ

"Dan tidaklah Kami mengutus seorang Rasul pun, melainkan supaya dita'ati dengan izin Allah." (QS. An-Nisaa' [4] : 64)

Dalam keteladanan Rasul Shallahu alaihi was sallam, Allah SWT berfirman:

وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا

"Apa yang dibawa oleh Rasul, hendaklah kamu ambil. Dan apa yang dia kamu daripadanya, hendaklah hentikan." (QS. al-Hasyr [59] : 7)

Di ayat lainnya, Allah Ta'ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلَا تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ

"Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul dan janganlah kamu batalkan amalan kamu." (QS. Muhammad [47] : 33)

Kemudian Allah Ta'ala menambahkannya :

الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آمَنُوا بِمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَن يَتَحَاكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَن يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَن يُضِلَّهُمْ ضَلَالًا بَعِيدًا

"Apakah tidak engkau lihat orang-orang yang mengaku (dengan mulut) bahwa mereka percaya kepada apa yang diturunkan kepada engkau dan apa yang diturunkan dari yang sebelum engkau. Mereka ingin meminta hukum kepad taghut, padahal mereka diperintah supaya tidak mempercayainya. Dan setan ingin sekali menyesatkan mereka. Sampai sesesat-sesatnya." (QS. An-Nisaa' [4] : 60)

Mereka mengakui percaya hanya dengan mulut, dalam bahasa disebut Yaz'amuna! Mengaku dengan mulut percaya kepadaapa yang diturunkan kepada Nabi SAW dan kepada yang diturunkan kepada Nabi-nabi yang terdahulu. Tetapi, ketika hendak meminta keputusan hukum, bukanlah mereka meminta kepada Allah, melainkan kepada taghut. Yaitu penguasa yang berlaku dan bertindak sewenang-wenang, sekehendak hati, hukum rimba. Padahal, seorang yang beriman wajib menentang segala macam pertaghutan di dunia ini. Dan bila sekali merek atelah mengikut taghut dan meninggalkan hukum Tuhan mereka akan sesat selama-lamanya.

Orang yang beriman sejati kepada Muhammad Shallahu alaihi wassallam tidaklah mungkin meninggalkan hukum yang diajarkan Muhammad Shallahu alaihi wassallam, lalu menukarnya dengan yang lain. Tidaklah pantas mereka meminta hukum kepada taghut.

Kadang-kadang manusia telah menjual keyakinan dan agamanya kepada intrik-intrik dan ambisi penguasa, ambisi partai, sehingga hilang hakekat kebenaran. kadang-kadang dijalankan suatu peraturan yang terang melanggar ketentuan agama, tetapi terpaksa diterima juga, karena telah terlalu banyak berhutang budi kepad kaum Kapitalis.

Orang yang beriman didorong oleh kekuatan imannya tidaklah akan ragu-ragu menolak peraturan dan hukum taghut itu. Tuhan telah memerintahkan kepada Mu'min supaya menolak dan menentang taghut! Bagaimana Mukmin akan tunduk kepada hukumnya? Kalau mereka tunduk kepada taghut, maka ayat ini telah menjelaskan bahwa imanya hanya dibibir saja. Demikian juga orang yang menerima hukum-hukum buatan manusia yang terang bertentangan dengan hukum Allah. Kalau mereka turuti peranturan demikian, mereka telah disesatkan oleh setan.

Iman tidaklah sempurna sebelum si Mu'min tunduh patuh dan ridha menerima hukum Allah.

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

"Maka tidaklah, demi Tuhan engkau tidaklah mereka beriman, sebelum mereka mentahkimkan engkau pada perkara-perkara yang mereka perselisihkan di antara mereka, kemudian tidak mereka dapati dalam diri mereka sendiri keberatan menerima keputusan engkau, dan mereka menyerah, sebenar menyerah." (QS. An-Nisaa' [4] : 65)

Tidak ada jalan lain bagi seorang Mu'min, melainkan hanya tunduk dan patuh setelah jatuh hukum dari al-Qur'an atau as-Sunnah. Karena imannya itulah yang mendorongnya mengatur langkah menurut tuntutan syara'.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

"Hai orang-orang yang beriman! Taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul dan kepada pemegang kuasa di antara kamu. Maka jika berselisih kamu di dalam suatu perkara, kembalikanlah kepada Allah dan kepada Rasul, jika benar kamu beriman kepada Allah dan hari Akhirat." (QS. An-Nisa' [4] : 69)

Dalam ayat ini diberikanlah tuntutan tegas kepada seorang Mu'min. Taat kepada Allah dan taat kepada Rasul SAW diperintahkan jelas. Tetapi, kepada Ulil Amri atau pemegang kekuasaan (penguasa) di antara kamu, tidak disebutkan mesti taat, sebab dengan kekuasaannya itu dengan sendirinya ketaatan telah timbul.

Itulah asas yang paling pokok di dalam Islam, yang sangat berbeda dengan ajaran Gereja yang memberikan kewenangan dan ketaatan kepada Paus, Kardinal, dan Uskup. Wallahu'alam.

Wednesday 6 April 2011

Ikhwan, Salafi dan Tabligh Sepakat Bersatu



Senin, 04 April 2011

Hidayatullah.com--Para ulama Badan Perwakafan, Al Ikhwan Al Muslimun, Salafi, Jama’ah Al Islamiyah serta Jama’ah Tabligh berkumpul di Aswan Mesir untuk membentuk sebuah badan yang berfungsi untuk menyatukan umat Islam di Mesir, dari berbagai komunitas dan organisasi, demikian lansir onilsam.net (3/4)

Pasca revolusi 25 Januari, Al Ikhwan Al Muslimun propinsi Aswan telah membentuk badan khusus yang bertujuan untuk memperkuat ukhuwah antar jama’ah dan organisasi Islam. Para anggota badan ini, yang terdiri dari berbagai jama’ah menyebutkan bahwa masih-masing akan menghormati perbedaan antar jama’ah, akan tetapi mereka bekerja sama dalam hal-hal yang disepakati.

Sebagai langkah permulaan, para anggota Badan “Persatuan Islam” ini, beserta sekjennya melakukan silaturrahim ke beberapa jama’ah. Pertemuan sekaligus melaksanakan shalat Isya’ pada pekan mendatang rencananya di lakukan di Anshar As Sunnah, yang berhaluan Salafi.

Sedangkan agenda yang lebih besar direncanakan terselenggara pada tanggal 24 April mendatang di stadion Port Said, yakni mu’tamar yang diikuti oleh para tokoh sentral berbagai organisasi dan jama’ah Islam di Mesir. Hal itu dilakukan untuk merumuskan program-program yang bisa melibatkan seluruh kelompok tersebut.

Hanya saja yang belum bergabung dalam badan ini adalah jama’ah Sufi. Namun, hal itu karena masalah teknis saja, karena banyaknya kelompok Sufi di propinsi tersebut. Saat ini, pembicaraan sudah sampai pada tahapan siapa yang bakal mewakili mereka dalam badan ini. Sebagaimana juga telah dilakukan kunjungan pengurus badan ini kepada Syeikh As Sayyid Hasan Idris selaku tokoh Sufi di Aswan, seperti yang dijelaskan oleh Sekjen organisasi ini , Prof. Majdi Abu Uyyun.

Saat ini sudah 3000 tokoh dari berbagai jama’ah dan organisasi Islam Mesir telah bergaung dalam organisasi ini.*

Sumber : onislam.net
Rep: Thoriq
Red: Cholis Akbar

Monday 7 February 2011

Dahsyatnya Sholat Shubuh

Dibalik pelaksanaan dua rokaat di ambang fajar, tersimpan rahasia yang menakjubkan. Banyak permasalahan yang bila dirunut, bersumber dari pelaksanaan shalat subuh yang disepelekan. Itulah sebabnya, para sahabat Nabi berusaha sekuat tenaga agar tidak kehilangan waktu emas itu. Pernah, suatu ketika mereka terlambat shalat subuh dalam penaklukan benteng Tsatar. “Tragedi” ini membuat sahabat semisal Anas bin Malik selalu menangis bila mengenangnya. Kemudian Anas berkata, “Buat apa Tsatar? sungguh shalat subuh telah berlalu dariku. Sepanjang usia, aku tidak akan bahagia seandainya dunia diberikan kepadaku sebagai ganti shalat ini!”

Pernah dikisahkan pula, salah seorang penguasa Yahudi yang menyatakan bahwa mereka tidak takut dengan orang Islam kecuali pada satu hal. Ialah bila jumlah jamaah shalat subuh menyamai jumlah jamaah shalat jum’at. Orang Yahudi lebih jeli terhadap kondisi kita daripada diri kita sendiri.

Jikalau seandainya ada seorang kaya raya berjanji akan memberi anda uang setiap hari pada pukul empat pagi sebesar 1 juta rupiah jika anda datang tepat waktunya, apakah anda akan mendatanginya? Apakah anda akan beralasan bahwa anda tidur terlambat, atau karena anda terikat dengan janji setelahnya, sehingga anda tidak bisa datang?


” Dua rakaat fajar (shalat sunnah sebelum subuh) lebih baik dari dunia dan seisinya” (HR. Muslim)

“………., Dan jika mereka mengetahui apa yang tersimpan di dalam shalat subuh dan isya’ maka mereka akan mendatanginya walau dengan merangkak (HR. Bukhari)

Rasullullah bersabda:
“Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang banyak berjalan dalam kegelapan(subuh dan Isya’) menuju masjid dengan cahaya yang sangat terang pada hari kiamat” (HR. Abu Dauwud, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah).

“Waktu shalat Subuh dari terbit fajar sampai terbit matahari.” (HR. Muslim)

“Barang siapa yang mendapatkan satu rakaat shalat Subuh sebelum terbit matahari, maka ia telah melaksanakan shalat Subuh.” (HR. At-Tirmidzi)

“Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat Subuh itu disaksikan (oleh malaikat).”
(Al-Isra’ [17]:78)

”Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang munafik adalah shalat Isya’ dan shalat Subuh. Sekiranya mereka mengetahui apa yang terkandung di dalamnya, niscaya mereka akan medatangi keduanya sekalipun dengan merangkak. Sungguh, aku ingin menyuruh melaksanakan shalat, lalu shalat itu ditegakkan, kemudian aku perintahkan seseorang untuk mengimami shalat bersama orang-orang. Kemudian beberapa lelaki berangkat bersamaku dengan membawa kayu yang terikat, mendatangi suatu kaum yang tidak menghadiri shalat berjamaah, sehingga aku bakar rumah mereka.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

“Sesungguhnya dua shalat ini (Subuh dan Isya’) adalah shalat yang berat bagi orang munafik. Sesungguhnya, apabila mereka mengetahui apa yang ada dalam shalat Subuh dan Isya’, maka mereka akan mendatanginya, sekalipun dengan merangkak.” (HR Ahmad dan An-Nasa’i)
“Barang siapa yang shalat Isya’ berjamaah maka seakan-akan dia telah shalat setengah malam. Dan barangsiapa shalat Subuh berjamaah (atau dengan shalat Isya’, seperti yang tertera dalam hadits Abu Dawud dan Tirmidzi’) maka seakan-akan dia telah melaksanakan shalat malam satu malam penuh.” (HR. Muslim)

“Barangsiapa yang shalat dua waktu yang dingin maka akan masuk surga.” (HR. Al-Bukhari)

Note: Dalam Fath Al-Bari disebutkan bahwa yang dimaksud dengan shalat “Al-Bardaini” (dua waktu dingin) adalah shalat Subuh dan Isya.
Dari Jarir bin Abdullah:

“Kami sedang duduk bersama Rasulullah, ketika melihat bulan purnama. Beliau berkata, ‘Sungguh, kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat bulan yang tidak terhadang dalam melihatnya. Apabila kalian mampu, janganlah kalian menyerah dalam melakukan shalat sebelum terbit matahari dan shalat sebelum terbenam matahari. Maka lakukanlah.’” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
“Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang banyak berjalan dalam kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sangat terang pada hari kiamat.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

Note: Dalam kegelapan maksudnya: shalat Isya’ dan shalat Subuh.

“Seandainya setiap orang tahu keutamaan adzan dan shaf pertama, kemudian mereka ingin memperebutkannya, tentu mereka akan memperebutkannya dengan berundi.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Rasulullah SAW bersabda: Setan akan mengikat ujung kepala kalian ketika sedang tidur dengan tiga ikatan. Pada setiap ikatan setan akan dibisikkan, “Kamu masih memiliki malam panjang, maka tidurlah.” Jika engkau bangun dan mengingat Allah, maka akan terlepaslah ikatanmu yang pertama. Apabila engkau kemudian berwudhu, maka akan terlepaslah ikatan kedua. Dan jika engkau melakukan shalat, maka akan terlepaslah ikatanmu yang ketiga. Jika engkau tidak melakukan ketiga hal itu, niscaya hatimu akan menjadi sesat dan malas. (HR Bukhari dan Muslim)

Rasulullah SAW bersabda: Malaikat-malaikat malam hari dan malaikat-malaikat siang hari silih berganti mengawasi kalian, dan mereka berkumpul pada saat shalat Subuh dan shalat Ashar, kemudian malaikat-malaikat yang mengawasi kalian semalam suntuk naik (ke langit). Allah menanyakan kepada mereka, padahal Dia lebih mengetahui dari mereka, “Dalam keadaan apakah kalian tinggalkan hamba-hamba-Ku?” Mereka menjawab, “Kami tinggalkan mereka dalam keadaan mengerjakan shalat, dan kami datangi mereka dalam keadaan mengerjakan shalat pula.” (HR Bukhari, Muslim dan an-Nasa’i)

Utsman bin Affan ra. menuturkan, “Saya telah mendengar Rasulullah saw. bersabda,
“Siapa yang shalat Isya’ berjamaah, seolah-olah bangun setengah malam (seperti shalat separuh malam). Siapa yang shalat Subuh berjamaah, maka bagaikan shalat semalam penuh.” (HR Muslim)

Dari Ibnu Umar ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, Shalat berjamaah itu lebih utama dari shalat sendirian dengan 27 derajat.

Dua rakaat shalat sunnah Subuh lebih baik daripada dunia dan semua yang ada di dalamnya. (HR Muslim, Tirmidzi dan Ahmad)

Jabir bin Abdullah al-Bajalli berkata, “Kami berada di samping Nabi saw. pada suatu malam, maka Nabi melihat bulan purnama sambil berkata, “Kalian akan melihat Tuhan sebagaimana kalian melihat bulan ini, tidak silau karena melihatnya. Maka sebisa mungkin, jangan sampai dikalahkan untuk shalat sebelum terbit matahari (Subuh) dan sebelum terbenamnya (Ashar). Cepatlah kamu kerjakan!” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. berkata bahwa Rasulullah SAW didatangi oleh seorang laki-laki yang buta dan berkata, Ya Rasulullah, tidak ada orang yang menuntunku ke masjid. Rasulullah SAW berkata untuk memberikan keringanan untuknya. Ketika sudah berlalu, Rasulullah SAW memanggilnya dan bertanya, Apakah kamu dengar azan shalat? Ya, jawabnya. Datangilah, kata Rasulullah SAW.

*Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Rasulullah SAW apabila pergi (ke tempat shalat ‘Id) pada hari ‘Id melalui satu jalan, maka beliau kembali dari tempat tersebut melalui jalan yang berbeda.” (H.R. Tirmidzi)

**Salah satu hikmah dari anjuran tersebut adalah menyebarkan syiar Islam di segala sudut kota atau desa, membantu keperluan penduduk yang dilewati, menyebarkan salam kepada penduduk yang dilewati, membuat geram orang-orang munafik, menyaksikan tempat-tempat yang dilalui untuk dijadikan pelajaran.

Dari Abi Musa ra berkata bahwa Rasulullah SAw bersabda, Sesungguhnya orang yang mendapatkan ganjaran paling besar adalah orang yang paling jauh berjalannya. Orang yang menunggu shalat jamaah bersama imam lebih besar pahalanya dari orang yang shalat sendirian kemudian tidur.

“Setiap langkah berjalan untuk menunaikan shalat adalah sedekah.” (HR. Muslim no. 2382)

“Siapa yang berwudhu seperti wudhuku ini kemudian ia shalat dua rakaat, [dengan tidak menyibukkan dirinya dalam pelaksanaan shalat tersebut urusan dunia, maka akan diampuni dosanya yang telah berlalu] (HR. Bukhari, Muslim)

Rasul bersabda: ”Siapa yang berwudhu di rumahnya, kemudian dia berjalan menuju salah satu mesjid untuk menunaikan shalat wajib, maka di setiap langkahnya akan menghapuskan dosa dan kesalahan serta mengangkat derajatnya........dengan wudhu yang sempurna, maka kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan seorang hamba akan keluar dari badannya hingga keluar dari ujung-ujung kukunya” (HR Muslim)

Subhanallah.

ref: Ibnu Iswanto

Monday 31 January 2011

kiat praktis menghafal qur'an

عَنْ أَنَسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ أَهْلِينَ مِنْ النَّاسِ قَالَ قِيلَ مَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ أَهْلُ الْقُرْآنِ هُمْ أَهْلُ اللَّهِ وَخَاصَّتُهُ (رواه أحمد وابن ماجه)
Dari Anas ra : Rasulullah saw bersabda: sesungguhnya Allah memiliki keluarga dari manusia. Sahabat bertanya : ya Rasulallah siapakah mereka? Rasulullah menjawab : ahlul qur’an, mereka adalah keluarga allah dan orang-orang spesialnya (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)


20 KIAT PRAKTIS MENGHAFAL AL QUR’AN
Oleh : Arham bin Ahmad Yasin

1-Niat Ikhlash (QS. 98;5), dan memahami keutamaan menghafal Al Qur’an.. Keikhlasan akan memunculkan semangat dan ketahanan seorang muslim dalam menjalankan setiap perintah Allah dengan maksimal.
2-Sungguh-sungguh/mujahadah & memiliki tekad (kemauan) yang kuat
(QS.29;6&69)
3-Sabar dan istiqomah (QS.47:31, 3;142, 46;13)
4-Yakin bahwa menghafal Al Qur’an adalah mudah ( QS. 54;15/22/32/40),
5-Memperhatikan ada-adab membaca Al Qur’an (Membaca dengan tadabbur (berusaha memahami isinya) dan khusu’, Membaguskan bacaan (bacaan yang ideal dan sesuai tajwid), Menjaga kesucian dan kebersihan, dll)
6-Setiap hari harus ada waktu wajib khusus Al Qur’an. Dan konsisten terhadap waktu yang sudah kita tetapkan. Jika terpaksa dilanggar, maka maktu yang dilanggar harus dihitung hutang. Jika belajar atau menghafal Al Qur’an dengan prinsip “kalau sempat”, maka dijamin tidak akan berhasil.
7-Menetapkan target secara eksak sesuai kampuan maksimal masing-masing yang memungkinkan untuk dicapai, baik dari segi jumlah yang mau dihafal maupun batas waktunya (harian, mingguan, bulanan, atau tahunan).misal : dalam waktu sekian harus dapat sekian (kalau perlu ditulis). Target tidak boleh abstrak ( misal : secukupnya, sedapatnya, seselesai-selesainya, sebanyak-banyaknya, sekena-kenanya, sesempatnya, dsb)
8-Menghafal persurat atau perhalaman. Jika langsung per-ayat, umumnya akan mengalami kesulitan saat menyambung antar ayat.
9-Halaman/surat yang hendak dihafal, dibaca berulang-ulang sampai akrab dan memiliki gambaran utuh dengan halaman/surat tersebut, dengan konsentrasi penuh dan pandangan fokus. Jangan sampai teralihkan pada pikiran dan pandangan yang lain.
10-Membaca dengan tartil & Tidak tergesa-gesa (QS.73;4, 75;16, 20;114). Membaca dengan cepat (tergesa-gesa) akan menjadikan hafalan mudah kacau.
11-Dengan suara yang lantang dan berusaha membaca dengan suara yang terbaik, karena akan lebih berkesan dan membekas di pikiran. Menghafal dengan suara yang pelan akan sulit memastikan benarnya bacaan, dan akan muncul keraguan saat dibaca dengan keras.
12- Setelah melakukan proses pada poin ke-9, 10, dan 11, baru kemudian menghafal satu ayat sampai lancar, kemudian lanjut ke ayat berikutnya. Kemudian diulang dari awal, lanjut lagi ke ayat berikutnya, dan seterusnya hingga selesai satu surat atau satu halaman yang menjadi target. (Tetap dengan tartil dan suara lantang. Walaupun sudah hafal, tidak boleh semakin cepat )
13- Mengulang surat atau hafalan yang baru dihafal minimal sepuluh kali dihari tersebut. Pastikan yang baru dihafal dipagi hari, sore masih hafal, atau sebaliknya.
14-Talaqqi dan memperdengarkan hafalannya kepada orang yang menguasai ilmu tajwid (QS.75;18), lebih utama jika orang tersebut juga hafal.
15-Banyak mengulang (muroja’ah) hafalan, dan tidak menambah hafalan baru sampai hafalan yang lama kuat. Rasulullah saw bersbada :´Jagalah Al Qur’an ini, demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tanganNya, sengguh ia(hafalan Qur’an) lebih cepat lepasnya dari unta yang ditambatkan” (Muttafaqun ‘Alaih)
16-Menggunakan satu mushaf yang standart (mushhaf ‘Utsmani), karena saat menghafal, secara otomatis mata dan pikiran akan merekam letak ayat. Dan mengingat letak ayat, sangat membantu mengingat ayat.
17-Disiplin dalam memanfaatkan setiap waktu luang. Bagi penghafal Al Qur’an, ”menunggu adalah waktu yang sangat menyenangkan”
18-Menjauhi segala hal-hal yang sia-sia ( banyak ngobrol, banyak melamun, mendengar atau melihat hal yang sia-sia, dsb), lebih-lebih yang haram.(QS. 23:3, 25;72, 28;55). Rasulullah saw bersabda:” janganlah kalian banyak bicara tanpa dzikrullah, karena sensungguhnya banyak bicara tanpa dzikrullah ada dapat menjadikan kerasnya hati. Dan sejauh-jauh hamba dari Allah adalah yang hatinya keras. (HR. At Turmudzi, dan Al Baihaqi)
19-Senantiasa berdoa agar dimudahkan dalam menghafal AL Qur’an (QS.20;114). Setiap selesai sholat fardhu, sholat sunnah, sebelum dan sesudah membaca Al Qur’an, dan sesering mungkin. Karena tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan (seizin) Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung.(QS. 75;17)
20-Ber’azam :sekali hafal tidak boleh lupa selamanya (seumur hidup). Jangan sampai dikemudian hari kita menjadi mantan hafidz qur’an, atau kita mengatakan : dulu saya hafal surat ini dan itu, dulu saya hafal sekian juz, dulu saya rajin muroja’ah, atau dulu hafalan Qur’an saya banyak, dsb. na’udzubillah.


SELAMAT MENCOBA, SEMOGA ALLAH MEMBERIKAN TAUFIQ KEPADA KITA SEMUA. AMIIN.

tanyalah pada hati nuranimu اسْتَفْتِ قَلْبَكَ

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :اسْتَفْتِ قَلْبَكَ الْبِرُّ مَا اطْمَأَنَّتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ وَالْإِثْمُ مَا حَاكَ فِي النَّفْسِ وَتَرَدَّدَ فِي الصَّدْرِ وَإِنْ أَفْتَاكَ النَّاسُ وَأَفْتَوْكَ )رواه أحمد)

Rasulullah Saw bersabda : tanyakan pada hati nuranimu, kebajikan adalah apa yang membuat jiwa dan hatimu tenteram, sedangkan dosa adalah apa yang membuat jiwa dan hatimu gelisah, meskipun orang lain membenarkanmu. (HR Ahmad)


وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ (روه البخاري ومسلم وأحمد)

Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir hendaklah berkata baik atau diam (HR. Bukhori, Muslim, Ahmad)


وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا

dan janganlah kamu mengikuti apa yang tidak memiliki ilmu tentangnya, sesungguhnya pendengaran, pengelihatan, dan hati akan diminta pertanggungjawabannya. (QS. Al Isro 36)


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا آبَاءَكُمْ وَإِخْوَانَكُمْ أَوْلِيَاءَ إِنِ اسْتَحَبُّوا الْكُفْرَ عَلَى الْإِيمَانِ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

Hai orang-orang yang beriman janganlah kalian menjadikan bapak-bapak kalian dan saudara-saudara kalian sebagai pemimpin jika mereka lebih menyukai kekufuran daripada keimanan. Dan barang siapa diantara kalian yang menjadikan mereka pemimpin (pelindung) maka mereka itu adalah orang-orang yang dholim.(QS At Taubah :23)


لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُولَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ أُولَئِكَ حِزْبُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Engkau tidak akan mendapatkan suatu kaum yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan RasulNya, walaupun orang-orang itu adalah bapaknya, anaknya, saudaranya, atau keluarganya. Mereka itulah orang-orang yang dalam hatinya telah ditanamkah oleh Allah keimanan dan Allah menguatkan mereka dengan pertolongan yang dating dariNya. Lalu dimasukkanNya mereka ke surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, mereka kekal didalamnya. Allah ridlo terhadap mereka dan merekapun ridlo kepadaNYa. Merekala golongan Allah, ingatlah sesungguhnya golongan Allah itulah yang beruntung.(QS. Al Mujadilah :22)


Ust. Arham Ahmad

MENYEMBELIH SESUAI SYARIAT VS MENYEMBELIH CARA BARAT

Di bawah ini adalah tulisan yang disadur dan diringkas oleh *Usman EffendiAS.,dari makalah tulisan Nanung Danar Dono, S.Pt., M.P., SekretarisEksekutif LP.POM-MUI Propinsi DIY dan Dosen Fakultas Peternakan UGMYogyakarta:*

Melalui penelitian ilmiah yang dilakukan oleh dua staf ahli peternakan dariHannover University, sebuah universitas terkemuka di Jerman. Yaitu: Prof.Dr.Schultz dan koleganya, Dr. Hazim. Keduanya memimpin satu tim penelitianterstruktur untuk menjawab pertanyaan: manakah yang lebih baik dan palingtidak sakit, penyembelihan secara Syari’at Islam yang murni (tanpa prosespemingsanan) ataukah penyembelihan dengan cara Barat (dengan pemingsanan)?

Keduanya merancang penelitian sangat canggih, mempergunakan sekelompok sapiyang telah cukup umur (dewasa). Pada permukaan otak kecil sapi-sapi itudipasang elektroda (microchip) yang disebut *Electro-Encephalograph (EEG)*.Microchip EEG dipasang di permukaan otak yang menyentuh titik (panel) rasasakit di permukaan otak, untuk merekam dan mencatat derajat rasa sakit sapiketika disembelih. Di jantung sapi-sapi itu juga dipasang *ElectroCardiograph (ECG*) untuk merekam aktivitas jantung saat darah keluar karenadisembelih.

Untuk menekan kesalahan, sapi dibiarkan beradaptasi dengan EEG maupun ECGyang telah terpasang di tubuhnya selama beberapa minggu. Setelah masaadaptasi dianggap cukup, maka separuh sapi disembelih sesuai dengan SyariatIslam yang murni, dan separuh sisanya disembelih dengan menggunakan metodepemingsanan yang diadopsi Barat.

Dalam Syariat Islam, penyembelihan dilakukan dengan menggunakan pisau yangtajam, dengan memotong tiga saluran pada leher bagian depan, yakni: saluranmakanan, saluran nafas serta dua saluran pembuluh darah, yaitu: *arterikarotis* dan*vena jugularis*.

Patut pula diketahui, syariat Islam tidak merekomendasikan metoda atauteknik pemingsanan. Sebaliknya, Metode Barat justru mengajarkan atau bahkanmengharuskan agar ternak dipingsankan terlebih dahulu sebelum disembelih.

Selama penelitian, EEG dan ECG pada seluruh ternak sapi itu dicatat untukmerekam dan mengetahui keadaan otak dan jantung sejak sebelum pemingsanan(atau penyembelihan) hingga ternak itu benar-benar mati. Nah, hasilpenelitian inilah yang sangat ditunggu-tunggu!

Dari hasil penelitian yang dilakukan dan dilaporkan oleh Prof. Schultz danDr. Hazim di Hannover University Jerman itu dapat diperoleh beberapa halsbb.:

*Penyembelihan Menurut Syariat Islam*

Hasil penelitian dengan menerapkan praktek penyembelihan menurut SyariatIslam menunjukkan:

Pertamapada 3 detik pertama setelah ternak disembelih (dan ketiga saluran padaleher sapi bagian depan terputus), tercatat tidak ada perubahan pada grafikEEG. Hal ini berarti bahwa pada 3 detik pertama setelah disembelih itu,tidak ada indikasi rasa sakit.

Keduapada 3 detik berikutnya, EEG pada otak kecil merekam adanya penurunan grafiksecara bertahap yang sangat mirip dengan kejadian deep sleep (tidur nyenyak)hingga sapi-sapi itu benar-benar kehilangan kesadaran. Pada saat tersebut,tercatat pula oleh ECG bahwa jantung mulai meningkat aktivitasnya.

Ketigasetelah 6 detik pertama itu, ECG pada jantung merekam adanya aktivitas luarbiasa dari jantung untuk menarik sebanyak mungkin darah dari seluruh anggotatubuh dan memompanya keluar. Hal ini merupakan refleksi gerakan koordinasiantara jantung dan sumsum tulang belakang (spinal cord). Pada saat darahkeluar melalui ketiga saluran yang terputus di bagian leher tersebut, grafikEEG tidak naik, tapi justru drop (turun) sampai ke zero level (angka nol).Hal ini diterjemahkan oleh kedua peneliti ahli itu bahwa: “No feeling ofpain at all!” (tidak ada rasa sakit sama sekali!).

Keempatkarena darah tertarik dan terpompa oleh jantung keluar tubuh secaramaksimal, maka dihasilkan healthy meat (daging yang sehat) yang layakdikonsumsi bagi manusia. Jenis daging dari hasil sembelihan semacam inisangat sesuai dengan prinsip Good Manufacturing Practise (GMP) yangmenghasilkan Healthy Food.

*Penyembelihan Cara Barat*

Pertamasegera setelah dilakukan proses stunning (pemingsanan), sapi terhuyung jatuhdan collaps (roboh). Setelah itu, sapi tidak bergerak-gerak lagi, sehinggamudah dikendalikan. Oleh karena itu, sapi dapat pula dengan mudah disembelihtanpa meronta-ronta, dan (tampaknya) tanpa (mengalami) rasa sakit. Pada saatdisembelih, darah yang keluar hanya sedikit, tidak sebanyak bila disembelihtanpa proses stunning (pemingsanan).

Keduasegera setelah proses pemingsanan, tercatat adanya kenaikan yang sangatnyata pada grafik EEG. Hal itu mengindikasikan adanya tekanan rasa sakityang diderita oleh ternak (karena kepalanya dipukul, sampai jatuh pingsan).

Ketigagrafik EEG meningkat sangat tajam dengan kombinasi grafik ECG yang drop kebatas paling bawah. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan rasa sakityang luar biasa, sehingga jantung berhenti berdetak lebih awal. Akibatnya,jantung kehilangan kemampuannya untuk menarik dari dari seluruh organ tubuh,serta tidak lagi mampu memompanya keluar dari tubuh.

Keempatkarena darah tidak tertarik dan tidak terpompa keluar tubuh secara maksimal,maka darah itu pun membeku di dalam urat-urat darah dan daging, sehinggadihasilkan unhealthy meat (daging yang tidak sehat), yang dengan demikianmenjadi tidak layak untuk dikonsumsi oleh manusia. Disebutkan dalam khazanahilmu dan teknologi daging, bahwa timbunan darah beku (yang tidak keluar saatternak mati/disembelih) merupakan tempat atau media yang sangat baik bagitumbuh-kembangnya bakteri pembusuk, yang merupakan agen utama merusakkualitas daging.

*Bukan Ekspresi Rasa Sakit!*

Meronta-ronta dan meregangkan otot pada saat ternak disembelih ternyatabukanlah ekspresi rasa sakit! Sangat jauh berbeda dengan dugaan kitasebelumnya! Bahkan mungkin sudah lazim menjadi keyakinan kita bersama, bahwasetiap darah yang keluar dari anggota tubuh yang terluka, pastilah disertairasa sakit dan nyeri. Terlebih lagi yang terluka adalah leher dengan lukaterbuka yang menganga lebar…!

Hasil penelitian Prof. Schultz dan Dr. Hazim justru membuktikan yangsebaliknya. Yakni bahwa pisau tajam yang mengiris leher (sebagai syariatIslam dalam penyembelihan ternak) ternyata tidaklah ‘menyentuh’ saraf rasasakit. Oleh karenanya kedua peneliti ahli itu menyimpulkan bahwa sapimeronta-ronta dan meregangkan otot bukanlah sebagai ekspresi rasa sakit,melainkan sebagai ekspresi ‘keterkejutan otot dan saraf’ saja (yaitu padasaat darah mengalir keluar dengan deras). Mengapa demikian? Hal ini tentutidak terlalu sulit untuk dijelaskan, karena grafik EEG tidak membuktikanjuga tidak menunjukkan adanya rasa sakit itu.

Nah, jelas bukan, bahwa secara ilmiah ternyata penyembelihan secara syariatIslam ternyata lebih 'berperikehewanan'. Apalagi ditambah dengan anjuranuntuk menajamkan pisau untuk mengurangi rasa sakit hewan sembelihan :

*“Sesungguhnya Allah menetapkan ihsan (kebaikan) pada segala sesuatu. Makajika kalian membunuh hendaklah kalian berbuat ihsan dalam membunuh, danapabila kalian menyembelih, maka hendaklah berbuat ihsan dalam menyembelih.(Yaitu) hendaklah salah seorang dari kalian menajamkan pisaunya agarmeringankan binatang yang disembelihnya.” (H.R. Muslim).

Monday 24 January 2011

Jadwal Majlis Ta'lim Al-Muhtadun per Januari 2011

Ahad, maghrib s/d isya:

Pekan-1: Kajian Tazkiyatun-Nafs [Ust. Muhammad Rofiq, Lc]
Pekan-2: Kajian Siroh Nabawiyah [Ust. Elvin Sasmita]
Pekan-3: Kajian Fiqih [Ust. Iwan Setiawan, Lc]
Pekan-4: Kajian Aqidah [Ust. Yudi]
Pekan-5: Kajian Tematik

Sabtu, shubuh: Kajian Tafsir Munir [Ust. Drs. H. Ibnu Hajar]