Monday 31 January 2011

MENYEMBELIH SESUAI SYARIAT VS MENYEMBELIH CARA BARAT

Di bawah ini adalah tulisan yang disadur dan diringkas oleh *Usman EffendiAS.,dari makalah tulisan Nanung Danar Dono, S.Pt., M.P., SekretarisEksekutif LP.POM-MUI Propinsi DIY dan Dosen Fakultas Peternakan UGMYogyakarta:*

Melalui penelitian ilmiah yang dilakukan oleh dua staf ahli peternakan dariHannover University, sebuah universitas terkemuka di Jerman. Yaitu: Prof.Dr.Schultz dan koleganya, Dr. Hazim. Keduanya memimpin satu tim penelitianterstruktur untuk menjawab pertanyaan: manakah yang lebih baik dan palingtidak sakit, penyembelihan secara Syari’at Islam yang murni (tanpa prosespemingsanan) ataukah penyembelihan dengan cara Barat (dengan pemingsanan)?

Keduanya merancang penelitian sangat canggih, mempergunakan sekelompok sapiyang telah cukup umur (dewasa). Pada permukaan otak kecil sapi-sapi itudipasang elektroda (microchip) yang disebut *Electro-Encephalograph (EEG)*.Microchip EEG dipasang di permukaan otak yang menyentuh titik (panel) rasasakit di permukaan otak, untuk merekam dan mencatat derajat rasa sakit sapiketika disembelih. Di jantung sapi-sapi itu juga dipasang *ElectroCardiograph (ECG*) untuk merekam aktivitas jantung saat darah keluar karenadisembelih.

Untuk menekan kesalahan, sapi dibiarkan beradaptasi dengan EEG maupun ECGyang telah terpasang di tubuhnya selama beberapa minggu. Setelah masaadaptasi dianggap cukup, maka separuh sapi disembelih sesuai dengan SyariatIslam yang murni, dan separuh sisanya disembelih dengan menggunakan metodepemingsanan yang diadopsi Barat.

Dalam Syariat Islam, penyembelihan dilakukan dengan menggunakan pisau yangtajam, dengan memotong tiga saluran pada leher bagian depan, yakni: saluranmakanan, saluran nafas serta dua saluran pembuluh darah, yaitu: *arterikarotis* dan*vena jugularis*.

Patut pula diketahui, syariat Islam tidak merekomendasikan metoda atauteknik pemingsanan. Sebaliknya, Metode Barat justru mengajarkan atau bahkanmengharuskan agar ternak dipingsankan terlebih dahulu sebelum disembelih.

Selama penelitian, EEG dan ECG pada seluruh ternak sapi itu dicatat untukmerekam dan mengetahui keadaan otak dan jantung sejak sebelum pemingsanan(atau penyembelihan) hingga ternak itu benar-benar mati. Nah, hasilpenelitian inilah yang sangat ditunggu-tunggu!

Dari hasil penelitian yang dilakukan dan dilaporkan oleh Prof. Schultz danDr. Hazim di Hannover University Jerman itu dapat diperoleh beberapa halsbb.:

*Penyembelihan Menurut Syariat Islam*

Hasil penelitian dengan menerapkan praktek penyembelihan menurut SyariatIslam menunjukkan:

Pertamapada 3 detik pertama setelah ternak disembelih (dan ketiga saluran padaleher sapi bagian depan terputus), tercatat tidak ada perubahan pada grafikEEG. Hal ini berarti bahwa pada 3 detik pertama setelah disembelih itu,tidak ada indikasi rasa sakit.

Keduapada 3 detik berikutnya, EEG pada otak kecil merekam adanya penurunan grafiksecara bertahap yang sangat mirip dengan kejadian deep sleep (tidur nyenyak)hingga sapi-sapi itu benar-benar kehilangan kesadaran. Pada saat tersebut,tercatat pula oleh ECG bahwa jantung mulai meningkat aktivitasnya.

Ketigasetelah 6 detik pertama itu, ECG pada jantung merekam adanya aktivitas luarbiasa dari jantung untuk menarik sebanyak mungkin darah dari seluruh anggotatubuh dan memompanya keluar. Hal ini merupakan refleksi gerakan koordinasiantara jantung dan sumsum tulang belakang (spinal cord). Pada saat darahkeluar melalui ketiga saluran yang terputus di bagian leher tersebut, grafikEEG tidak naik, tapi justru drop (turun) sampai ke zero level (angka nol).Hal ini diterjemahkan oleh kedua peneliti ahli itu bahwa: “No feeling ofpain at all!” (tidak ada rasa sakit sama sekali!).

Keempatkarena darah tertarik dan terpompa oleh jantung keluar tubuh secaramaksimal, maka dihasilkan healthy meat (daging yang sehat) yang layakdikonsumsi bagi manusia. Jenis daging dari hasil sembelihan semacam inisangat sesuai dengan prinsip Good Manufacturing Practise (GMP) yangmenghasilkan Healthy Food.

*Penyembelihan Cara Barat*

Pertamasegera setelah dilakukan proses stunning (pemingsanan), sapi terhuyung jatuhdan collaps (roboh). Setelah itu, sapi tidak bergerak-gerak lagi, sehinggamudah dikendalikan. Oleh karena itu, sapi dapat pula dengan mudah disembelihtanpa meronta-ronta, dan (tampaknya) tanpa (mengalami) rasa sakit. Pada saatdisembelih, darah yang keluar hanya sedikit, tidak sebanyak bila disembelihtanpa proses stunning (pemingsanan).

Keduasegera setelah proses pemingsanan, tercatat adanya kenaikan yang sangatnyata pada grafik EEG. Hal itu mengindikasikan adanya tekanan rasa sakityang diderita oleh ternak (karena kepalanya dipukul, sampai jatuh pingsan).

Ketigagrafik EEG meningkat sangat tajam dengan kombinasi grafik ECG yang drop kebatas paling bawah. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan rasa sakityang luar biasa, sehingga jantung berhenti berdetak lebih awal. Akibatnya,jantung kehilangan kemampuannya untuk menarik dari dari seluruh organ tubuh,serta tidak lagi mampu memompanya keluar dari tubuh.

Keempatkarena darah tidak tertarik dan tidak terpompa keluar tubuh secara maksimal,maka darah itu pun membeku di dalam urat-urat darah dan daging, sehinggadihasilkan unhealthy meat (daging yang tidak sehat), yang dengan demikianmenjadi tidak layak untuk dikonsumsi oleh manusia. Disebutkan dalam khazanahilmu dan teknologi daging, bahwa timbunan darah beku (yang tidak keluar saatternak mati/disembelih) merupakan tempat atau media yang sangat baik bagitumbuh-kembangnya bakteri pembusuk, yang merupakan agen utama merusakkualitas daging.

*Bukan Ekspresi Rasa Sakit!*

Meronta-ronta dan meregangkan otot pada saat ternak disembelih ternyatabukanlah ekspresi rasa sakit! Sangat jauh berbeda dengan dugaan kitasebelumnya! Bahkan mungkin sudah lazim menjadi keyakinan kita bersama, bahwasetiap darah yang keluar dari anggota tubuh yang terluka, pastilah disertairasa sakit dan nyeri. Terlebih lagi yang terluka adalah leher dengan lukaterbuka yang menganga lebar…!

Hasil penelitian Prof. Schultz dan Dr. Hazim justru membuktikan yangsebaliknya. Yakni bahwa pisau tajam yang mengiris leher (sebagai syariatIslam dalam penyembelihan ternak) ternyata tidaklah ‘menyentuh’ saraf rasasakit. Oleh karenanya kedua peneliti ahli itu menyimpulkan bahwa sapimeronta-ronta dan meregangkan otot bukanlah sebagai ekspresi rasa sakit,melainkan sebagai ekspresi ‘keterkejutan otot dan saraf’ saja (yaitu padasaat darah mengalir keluar dengan deras). Mengapa demikian? Hal ini tentutidak terlalu sulit untuk dijelaskan, karena grafik EEG tidak membuktikanjuga tidak menunjukkan adanya rasa sakit itu.

Nah, jelas bukan, bahwa secara ilmiah ternyata penyembelihan secara syariatIslam ternyata lebih 'berperikehewanan'. Apalagi ditambah dengan anjuranuntuk menajamkan pisau untuk mengurangi rasa sakit hewan sembelihan :

*“Sesungguhnya Allah menetapkan ihsan (kebaikan) pada segala sesuatu. Makajika kalian membunuh hendaklah kalian berbuat ihsan dalam membunuh, danapabila kalian menyembelih, maka hendaklah berbuat ihsan dalam menyembelih.(Yaitu) hendaklah salah seorang dari kalian menajamkan pisaunya agarmeringankan binatang yang disembelihnya.” (H.R. Muslim).